1. B.INDO : PUISI
Puisi (dari bahasa Yunani kuno = I
create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas
estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah
ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang dirangkai menjadi suatu bentuk
tulisan yang mengandung makna. Dan puisi juga bisa diartikan
sebagai sebuah imajinasi kata yang didapat dari sebuah pengalaman atau dari
sebuah gagasan, dan di susun menggunakan pilihan kata atau bahasa yang berirama
dan mengutamakan kualitas estetikanya.
B.
CIRI-CIRI
Ciri-ciri Puisi Lama:
·
Pengarangnya tidak diketahui
·
Merupakan kesusastraan lisan
·
Terikat jumlah baris, rima, dan
irama
·
Gaya bahasa yang statis (tetap)
dan juga klise
·
Isi dari puisi tentang fantastis
dan istanasentris
Ciri-ciri Puisi Baru:
·
Pengarangnya diketahui
·
Berkembang secara lisan dan
tertulis
·
Tidak terikat jumlah baris, rima,
dan irama
·
Gaya bahasa yang dinamis
(berubah-ubah)
·
Isinya tentang kehidupan pada
umumnya
C. UNSUR-UNSUR
Struktur
fisik puisi terdiri dari:
- Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi
seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan
barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
- Diksi,
yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat
mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
- Imaji,
yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual),
dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan
pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang
dialami penyair.
- Kata konkret, yaitu kata yang dapat
ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata
kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan, dll.
- Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan
efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
Gaya bahasa disebut juga majas.
- Rima/Irama
adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris
puisi.
Struktur batin puisi
- Tema/makna
(sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata,
baris, bait, maupun makna keseluruhan.
- Rasa (feeling),
yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang
sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama,
jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman
sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan
ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan
penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi
lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan
kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
- Nada (tone),
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema
dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte,
bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah
begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan
rendah pembaca, dll.
- Amanat/tujuan/maksud (intention); yaitu pesan yang ingin
disampaikan penyair kepada pembaca
D. JENIS
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara
lain :
- Jumlah kata dalam 1
baris
- Jumlah baris dalam 1
bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata
tiap baris
- Irama
Ciri
puisi lama:
- Merupakan puisi
rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat
mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh
aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun
rima.
Jenis-jenis puisi lama
- Mantra adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
- Pantun adalah puisi
yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak,
muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
- Karmina adalah pantun kilat seperti
pantun tetapi pendek.
- Seloka adalah pantun
berkait.
- Gurindam adalah puisi
yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
- Syair adalah puisi
yang bersumber dari Arab
dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau
cerita.
- Talibun adalah pantun
genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam
segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri
Puisi Baru:
- Bentuknya rapi,
simetris;
- Mempunyai persajakan
akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan
pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi
empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya
atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya
terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis puisi baru Menurut isinya, puisi dibedakan
atas :
- Balada adalah puisi
berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait,
masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b.
Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam
bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh:
Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang
Pemberontak”.
- Himne adalah puisi
pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya
adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang
pahlawan, tanah air, atau almamater
(Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi
berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian
terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang
bernapaskan ketuhanan.
- Ode adalah puisi sanjungan untuk orang
yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada
anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap
pribadi tertentu atau peristiwa umum.
- Epigram adalah puisi yang berisi
tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma
yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran
untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
- Romansa adalah puisi
yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique
yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam,
serta kasih mesra.
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap
tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau
keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian
seseorang.
- Satire adalah puisi
yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura
yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas
hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb.).
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari
bentuknya antara lain:
- Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
- Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri
atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
- Kuatrain, puisi yang
tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
- Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
- Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
- Septime, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
- Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
- Soneta, adalah puisi
yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait
pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga
baris.
Puisi kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau
selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi
kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu
terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu
sendiri.
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu :
- Puisi mantra adalah puisi yang mengambil
sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama
memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra
adalah:
1. Mantra
bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang
disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
2. Mantra
berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
3. Mantra
mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak
pada perintah.
- Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang
tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah
ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul
pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus
untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar
tersebut diberi nama "Puisi Mbeling". Kata-kata dalam puisi
mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
รจ Mengutamakan
unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima,
irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud
lain yang disembunyikan (tersirat).
·
Puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan
mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu.
Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam
puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan
benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya.
2.
B.INDO : GAYA BAHASA (MAJAS)
A. PENGERTIAN
Definis Majas;Majas adalah gaya bahasa dalam
tulisan yang dipakai yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran si
pengarang. Majas juga untuk memperoleh efek-efek; sebuah kesan imajinatif
bagi pendengarnya. Seorang penulis sastra juga kadang terkenal dengan tulisan-tulisan
majas dalam karyanya. Dalam hal ini seorang penulis sastra dalam
menyampaikan pikiran dan perasan, baik secara lisan dan tertulis kerap
menyampaikannya dengan bahasa majas yang khas.
B. JENIS-JENIS
A. Macam-macam
Majas Penegasan:
- Majas
Klimaks : titik paling intens atau tertinggi dari pengalaman atau
dari rangkaian acara. Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran,
kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
- Majas
Antiklimaks: Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma
semakin menurun. Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang
yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya.
- Majas
Koreksio: Adalah gaya yang pada awalnya mengklaim sesuatu, tetapi kemudian
memperbaikinya. Contoh: Silakan kembali saudara-saudara, eh maaf, silakan
makan.
- Majas Asindeton
: Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa
menggunakan kata penghubung pada hal yang disebutkan. Contoh : Dan
kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan
orang melepaskan nyawa.
- Majas Interupsi:
adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata di dalam kalimat pokok
untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat. Contoh : Tiba-tiba
ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.
- Majas Eksklmasio
: Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru. Contoh :
Wah, biar ku aja yang pergi.
- Majas
Enumerasio : Adalah beberapa peristiwa yang terjadi kesatuan, dilukiskan satu
persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.
Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya
perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Bulan bersinar dengan terangnya.
- Majas
Silepsis dan Zeugma: Adalah gaya mengunakan dua konstruksi yang menghubungkan sebuah kata
dengan dua kata yang lain, hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan
kata pertama. Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi
hormat kepada kami.
- Majas
Aliterasi: Adalah gaya bahasa berupa perulangan huruf pertama. Contoh :
Keras-keras kena air lembut juga
- Majas
Anastrof atau Inversi : Adalah gaya bahasa yang dalam kalimat mendahului
subejeknya karena lebih baik. Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami,
keheranan kami melihat peranginya.
- Majas
Retoris: Pernyataan yang dipergunakan dalam pidato dengan tujuan untuk
mencapai efek yang lebih mendalam. Contoh : Siapakah yang tidak ingin
hidup ?
- Majas
Elipsis: Adalah gaya bahasa yang menghilangkan suatu unsur kalimat yang
dengan mudah dapat diisi. Contoh: Kami ke rumah nenek (penghilangan
predikat pergi)
B. Macam
-macam Majas Perbandingan:
- Majas
Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan
merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai
tanda terima kasihku atau Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar
dan mewah )
- Majas
Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan
tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh: Kita berjuang sampai titik
darah penghabisan
- Majas
Personifikasi: Kalimat yang menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada
sesuatu yang bukan manusia. Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting
- Majas
Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan
kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, ” umpama”,
“ibarat”,”bak”, bagai”. Membandingkan suatu dengan keadaan lain yang
sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya. contoh: Kau umpama air aku bagai
minyaknya.
- Majas
Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena
mempunyai sifat yang sama. contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang
enggan menampakkan diri.
- Majas
Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata yang berhubungan dengan manusia untuk
hal yang bukan manusia.
- Majas
Sinestesia: ungkapan rasa lewat ungkapan rasa indra lainnya.
- Majas
Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui penggambaran. Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri
tebing-tebing.
- Majas
Eufimisme: Kata-kata yang dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih
pantas atau. contoh:Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
- Majas
Disfemisme: Pengungkapan pernyataan yang dirasa kurang pantas sebagaimana
adanya.
- Majas
Parabel: Ungkapan pelajaran tetapi disamarkan dalam cerita.
C. Macam-macam Majas Pertentangan
- Majas
Oksimoron: Gaya bahasa yang mengandung kata-kata yang berlawanan dalam
frasa yang sama. Contoh : Keramah-tamahan yang bengis
- Majas
Antitesis: Gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang membedakan
maknanya. Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya
mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
- Majas
Paradoks: Gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah
bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan
berbeda. Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.
- Majas
Repetisi: Perulangan kata atau bagian kalimat yang dianggap penting dalam
sebuah konteks yang sesuai.
- Majas
Antitesis: Gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan
maknanya. Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya
mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.
- Majas
Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah
disebutkan pada bagian sebelumnya.
D.
Macam-macam Majas Sindiran
- Majas
Sinisme: Bersifat pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia
yang lebih kasar dari ironi. Contoh: Kamu kan sudah pintar ?
Mengapa harus bertanya kepadaku ?
- Majas
Satire: Menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam yang
menertawakan atau menolak sesuatu. Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah
kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!
- Majas
Innuendo: Gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya. Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan
kemoersialisasi jabatannya
- Majas
Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta tersebut. Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
- Majas
Sarkasme: Gaya bahasa yang paling kasar, kadang-kadang merupakan
kutukan. Contoh: Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku
tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga.